Belanda merupakan negara yang pernah berkunjung secara besar-besaran ke Indonesia dan menguasainya selama hampir 3,5 abad. Belanda dalam kurun waktu tersebut menjadi “mitra tanding” Indonesia dan telah memberi pengaruh besar bagi sejarah Indonesia. Walaupun Indonesia telah merdeka, tetapi pengaruhnya yang teradopsi (terutama pengetahuan dan teknologi) hingga saat ini masih ada dan menjadi “modal investasi” yang berharga bagi Bangsa Indonesia dalam mewujudkan Kenegaraan yang mandiri.
Modal dari negara maju (Belanda) tersebut yang diperoleh dengan pengorbanan besar pendahulu kita, sangatlah berarti bagi Negara Indonesia yang sedang berkembang ini. Hingga saat ini, untuk menggali lebih dalam untuk menambah khazanah pengetahuan dan teknologi, tak jarang Indonesia mengirim banyak pemuda/pemudinya untuk belajar di Negeri Kincir Angin tersebut. Semoga modal pengetahuan dan teknologi yang diperoleh dapat menjadi bekal Bangsa Indonesia dalam memajukan negaranya seperti Negara Oranje tersebut, terutama dalam memakmurkan rakyatnya… Amiiin!!!
Jika kita cermati, ada banyak hal yang hampir sama antara INDONESIA dan BELANDA. Kesamaan tersebut menjadi suatu keunikan yang sangat menarik dan dapat dijadikan sebagai “sharing and reflections” bagi kedua negara, walaupun beberapa diantaranya ada yang tidak berkaitan secara historical dan ideological.
Jika diperhatikan Bendera Indonesia hampir sama dengan Bendera Belanda, hanya bendera Belanda kelebihan warna birunya saja..
Negara Belanda diapit oleh 2 negara dengan budaya yang berbeda. Tetapi, hal tersebut tidak menghilangkan budaya orisinal Belanda. Bahkan, dari adanya perbedaan budaya sekelilingnya, Belanda banyak melakukan perpaduan dan menciptakan inovasi baru yang menjadikan budaya Belanda terkesan Dinamis.
Ayo Indonesia kita tingkatkan orisinalitas dan inovasi budaya kita!!!
Potensi alam di Belanda sangat baik untuk pertanian, dan mereka (orang Belanda) mampu mengeksplorasi potensi tersebut dengan baik. Walaupun lahannya tidak luas, namun Belanda menjadi negara yang dapat mencukupi kebutuhan pangan rakyatnya bahkan menjadi negara pengekspor pertanian.
Bagaimana dengan Indonesia? Tentu sama, Indonesia memiliki potensi alam yang jauh lebih besar dari Belanda untuk dimanfaatkan dalam pertanian. Tetapi, kenapa Indonesia belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan pangan rakyatnya? Bahkan malah menajdi negara pengimpor pertanian, Tanya kenapa??? Padahal dulu di zaman Hindia, Belanda Indonesia yang memasok rempah-rempah ke seluruh dunia, sekarang malah sebaliknya. Nah, Ini akan menjadi bahasan yang paling menarik.
Belanda menerapkan manajemen efisien, mekanisme pemasaran dan transportasi yang cepat menjadi kunci dalam usaha pemanfaatan potensi alam di bidang pertanian ini. Efisiensi dalam bekerja, serta pemberlakuan sistem insentif.
Produk turunan dari hasil pertanian Belanda, mengambil peranan yang sangat besar bagi terciptanya lapangan pekerjaan yang banyak. Biaya penelitian pertanian yang sangat banyak, ditambah kerja sama petani dan perguruan tinggi, menghasilkan teknologi tepat guna dalam memeroduksi produk olahan unggulan dari hasil pertanian. Sistem seperti itu, membuat produk olahan pertanian dari Negeri Cokelat dan Keju ini banyak beredar di seluruh dunia. Sistem tersebut juga telah melahirkan teknologi-teknologi baru dalam bidang pertanian. Teknologi-teknologi tersebut antara lain penggunaan Green House yang efisien, ”Dutch Process” dalam pengolahan cokelat, pembuatan keju berkualitas, pemanfaatan Bioteknologi, manajemen air untuk pertanian, perkembangan ilmu science yang mendukung dan banyak lagi.
Iklim Belanda yang kurang bersahabat seperti di Indonesia bagi pertanian, membuat penerapan pertanian dilakukan di Green house. Jangan heran, ketika di Belanda yang banyak kita jumpai adalah rumah kaca dengan ukuran yang luas. Kondisi seperti ini membuat biaya produksi yang tinggi, oleh karena itu perlu pintar-pintar dalam mengelola Green house tersebut. Perhitungan ekonomi dalam pengelolaan Green house harus benar-benar detail. Pengaturan pemakaian dan penjualan listrik, baik dari perusahaan listrik atau pun generator sendiri juga di perhitungkan. CO2 dari hasil pembakaran pembangkit dimanfaatkan kembali ke Green house, sebagai tambahan suplai CO2 bagi asupan tanaman. Nah, mungkin Indonesia perlu mempelajari hal tersebut agar Green house di Indonesia lebih efisien.
Cokelat Van Houten juga merupakan salah satu produk pertanian olahan dari kakao yang terkenal di dunia. Produk tersebut dihasilkan dari teknologi ”Dutch Process”. Teknologi tersebut merupakan teknologi kombinasi yang diciptakan oleh ayah dan anak keluarga Van Houten. Casparus van Houten menemukan teknologi bagaimana memisahkan lemak dari biji kakao yang sudah dipanggang, sedangkan anaknya Coenraad van Houten, menemukan teknologi alkalisasi dalam pengolahan kakao, sehingga cokelat yang dihasilkan tidak memiliki rasa pahit. Selain itu, negeri Belanda juga terkenal dengan keju Edam dan Gouda.
Indonesia juga memiliki perkebunan Kakao yang besar dan cukup terkenal secara lokal, seperti di Lampung. Indonesia juga memiliki banyak peternakan sapi perah yang dapat menghasilkan keju. Tetapi, kenapa produknya belum terkenal? mungkin untuk pengolahannya agar kualitasnya meningkat, kita masih perlu belajar dari Belanda.
Berikut fakta tambahan yang mendukung keunggulan Pertanian Belanda yang perlu dipelajari oleh Indonesia :
- Tanaman pangan memberi nilai tambah bruto kira-kira € 40,300 juta atau 10 % dari Pendapatan Domestik Bruto.
- Bagian ini menyediakan 660,000 lapangan kerja atau 10% dari lapangan kerja nasional.
- Belanda adalah eksportir produk pertanian terbesar kedua di dunia.
- Sekitar 75% dari produksi pertanian diekspor, 85% dari produk pertanian ini diekspor ke pasar EU.
- 40% dari bahan mentah yang digunakan oleh industri pangan Belanda berasal dari luar negeri.
- 60% dari total permukaan Belanda (laut dan air) digunakan untuk sektor pertanian.
- Hampir 20% dari seluruh logistik Belanda adalah hasil pertanian. Sepertiga jumlah kereta dalam lalu lintas domestik mengangkut produk pertanian.
Pengkajian dan penemuan teknologi Bioteknologi dan kebijakan pertanian yang banyak dilakukan oleh Belanda juga terbukti mendukung peningkatan kemajuan pertanian. Manajemen pengairan untuk pertanian negeri kincir angin ini telah mendukung proses produksi pertanian dengan baik.
Dalam peningkatan teknologi dan menjaga kesinambungan, Belanda memiliki Perguruan tinggi yang terkenal dan konsen pada ilmu Pertaniannya, yaitu Universitas Wageningen, sedangkan di Indonesia adalah Institut Pertanian Bogor (kampus saya tercinta).
Belanda terkenal sebagai Negeri Bunga Tulip, karena komoditas tersebut merupakan salah satu pertanian non pangan yang menjadi komponen penyumbang devisa cukup besar. Perlu diingat, meskipun begitu Belanda bukanlah negara penghasil bunga, tapi sebagai pemasar bunga. Bentuk lain sebagai upaya peningkatan pemasaran bunga dan produk pertanian diangkatkanlah event-event banyak, seperti : FloraHolland, Kom in de Kas, Bloemencorso, Varendcorso, Keukenhof dan lainnya.
Selain itu, fasilitas transportasi yang cepat mengambil peranan penting dalam usaha ini. Pelajaran bagaimana menjalankan bisnis bunga ini, dari mendatangkan bunga, proses pelelangan, sampai mengantarkan ke negara tujuan, perlu untuk dipelajari ke sana.
Indonesia juga terkenal Negeri Bunga Puspa, Negeri Bunga Melati, Negeri Bunga 7 Rupa dan sebagainya. Koleksi bunga nan cantik di Indonesia merupakan nomor dua terbanyak di dunia setelah Brazil. Tetapi industri perbungaan di Indonesia belum sehebat Belanda. Tidak salahnya, hal serupa di Belanda diterapkan juga di Indonesia.
Masyarakat Belanda sangat multikultur. Mereka hangat dan ramah. Orang Belanda sangat terbiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan orang-orang dari negara lain dari seluruh dunia. Beragamnya budaya menyebabkan Belanda menjadi negara pertemuan ilmu pengetahuan, ide-ide dan budaya dari seluruh dunia. Walaupun bahasa Belanda adalah bahasa utamanya, tetapi mayoritas masyarakatnya dapat berbicara dengan bahasa Inggris dan mampu berbahasa asing lainnya, seperti Jerman atau Perancis. Satu hal lain yang membedakan masyarakat Belanda adalah mereka terbuka dan berterus terang dalam sikap dan berbicara. Anda akan mengetahui bahwa dapat mengatakan apa yang ada dalam pikiran karena orang Belanda tidak mudah tersinggung. Kemasyarakatan tidak diatur berdasarkan birokrasi. Bagaimana dengan Indonesia?
Masyarakat Indonesia juga multietnis dan multikultur. Guru SD saya juga pernah menyampaikan, Indonesia di dunia itu terkenal ramah, tamah dan murah senyum. Bener ga? Betul donk, cuman perlu ditingkatkan saja. Ayo kita tingkatkan Indonesia yang ramah, tamah dan murah senyum. Makanya baca artikel ini sambil senyum ya… jangan cemberut, ok?!
Untuk bahasa di Indonesia sangat beragam dan kental akan bahasa daerah, walaupun seperti itu Bahasa Indonesia tetap menjadi Bahasa Utama dalam berinteraksi dengan antar kultur. Tetapi untuk penggunaan bahasa asing di Indonesia dirasa masih sangat kurang. Mungkin kita perlu banyak belajar bagaimana bergaul dengan masyarakat global terutama dalam penggunaan Bahasa Universal (bahasa inggris), seperti di Belanda.
Dalam hal makananan, Percaya atau tidak, makanan tradisional Belanda yang banyak digemari adalah nasi goreng yang berasal dari Indonesia. Wah, klo jualan nasi goreng toktok di sana, bisa untung/laris manis kali ya…?
Uniknya di Belanda, banyak restoran/rumah makan mempunyai tarif rendah khusus untuk mahasiswa/pelajar. Nah, di Indonesia belum banyak. Hal tersebut sangat perlu diterapkan di Indonesia. Sepakat?
Pendidikan dan riset Belanda telah diakui reputasinya di dunia. Kemampuan menghargai, mengeksplorasi ilmu, serta budaya diskusi membuat sistem pendidikannya maju. Interaksi sosial yang bagus di Belanda, dibangun dan diterapkan dalam sistem pendidikannya. Problem-Based Learning, yang mengajarkan untuk dapat menganalisa dan memecahkan msalah secara mandiri dengan menitikberatkan pada belajar mandiri dan disiplin. Hal tersebutlah yang The Times Higher Education menempatkan 11 perguruan tinggi di Belanda sebagai bagian dari 200 universitas terpopuler di dunia. Belanda juga merupakan negara non berbahas Inggris pertama yang menawarkan program studi berbahasa inggris. Kelas-kelas program internasional berbahasa Inggris banyak terdapat di sana (lebih dari 1.391 program).
Pendidikannya yang maju, maka sektor-sektor lain juga mengikuti kemajuan tersebut termasuk Pertanian. Loh koq bahas pertanian lagi? Iya donk, kan saya orang pertanian, hehe..
Selain itu, Pemerintah Belanda berupaya keras untuk membuat pendidikan tinggi Belanda semudah mungkin diakses oleh mahasiswa dan profesional dari negara lain. Pemerintah Belanda memberikan subsidi, sehingga biaya kuliah di sana rendah. Bagaimana tertarik belajar di sana?
Bagaimana dengan Indonesia? Pendidikan dan riset Indonesia saat ini juga sudah mulai meningkatkan kemajuannya. Indonesia sudah mulai menerapkan Problem-Based Learning seperti di Belanda. Kelas-kelas program internasional dengan bahasa Inggris seperti di Belanda pun di Indonesia mulai menjamur. Saat ini, The Times Higher Education menempatkan 8 perguruan tinggi di Indonesia di Indonesia masuk dalam daftar 200 universitas terbaik di tingkat Asia. Untuk mendunia mungkin kita masih perlu belajar dari Belanda.
Untuk tata ruang kota dan arsitektur, Belanda memang jagonya. Indonesia pun banyak yang menerapkan tata ruang Belanda dalam pengaturan Tata Kotanya, di beberapa tempat seperti museum-museum, Kota Tua Jakarta, Yogyakarta dan sebagainya.
Untuk masalah lingkungan, Belanda sangat peduli. Untuk mengurangi polusi udara, di sana berkendaraan lebih banyak menggunakan sepeda. Ada sekitar 16 juta sepeda di Belanda, jumlah yang hampir sama dengan jumlah penduduknya. Indonesia pun hampir sama, menggunakan sepeda untuk mengurangi polusi udara. Tetapi hal tersebut hanya dilakukan pada akhir pekan saja dan pada jalan-jalan protokol saja. Coba setiap hari dan disetiap jalan diberlakukan mungkin udara Indonesia akan lebih segar dan orang-orangnya lebih sehat (bisa gempor dech…)
Indonesia juga banyak mengabadikan nama pahlawan yang berjasa pada nama-nama jalan di Indonesia. Ada juga nama jalan yang berasal dari Tokoh Belanda seperti Jalan Bosscha di Bandung untuk mengabadikan ilmuwan Karel Albert Rudolf Bosscha yang mendirikan Obsevatorium Bosscha.
Mungkin masih banyak lagi kesamaan ataupun ke”hampir” bedaan antara Belanda dan Indonesia yang dapat diambil hikmahnya dalam membangun Negeri kita tercinta. Bagi anda yang tertarik untuk memperluas wawasan di Belanda dapat mengikuti beasiswa yang diselengarakan oleh Nuffic NESO Indonesia. Ada juga kompetisi blog (menulis artikel) yang berhadiah studi SUMMER COURSE di Utrecht University Belanda. Kompetisi ini dimulai tanggal 5 April – 30 April 2010. Ayo buruan ikut!!!
Temukan inspirasi di Belanda untuk membangun Indonesia Tercinta!!!
SEMANGAT!!!!
Sumber :
CD Guides Nuffic NESO
Buku tinggal dan studi 2009/2010 Nuffic NESO
http://en.wikipedia.org/wiki/Coenraad_Johannes_van_Houten
Info dari stand NESO Indonesia saat Pameran Beasiswa Internasional di Balaikota Bogor (1 mei 2009)
http://www.eurogates.nl/
http://www.holland.com/
http://www.hollandeducationconsortium.nl/
http://www.ict.mic.ul.ie/
http://www.mfa.nl/jak-id/urusan_pertanian
http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/10/04/20/112157-belanda-juga-menghargai-kartini
http://www.riky89.wordpress.com/2009/04/30/meneropong-pengelolaan-pertanian-di-negara-kincir/
http://www.stembasurabaya.wordpress.com/2009/05/26/8-perguruan-tinggi-ri-masuk-200-terbaik-asia/
http://www.studyin.nl/
http://www.tradescotours.com/